KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) SEBAGAI ANTIKANKER

Nah yang ini tugas mata kuliah Terapi Bahan Alam, aku pilih kulit buah manggis yang khasiatnya udah MENDUNIA (seperti aku suatu saat nanti, aamiin, hehe). Eh malahan pusing banyak banget referensinya 😀

  1. Manggis

Tanaman manggis memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom    : Plantae

Divisi          : Spermatophyta

Subdivisi    : Angiospermae

Kelas          : Magnoliopsida

Subkelas     : Dilleniidae

Ordo           : Theales

Famili         : Clusiaceae

Genus         : Garcinia

Spesies        : Garcinia mangostana L. (Cronquist, 1981)

  1. Bagian Tanaman

Bagian tanaman manggis yang berkhasiat sebagai antikanker adalah buah dan kulit buahnya.

  1. Kandungan

Senyawa aktif yang bersifat antikanker pada buah manggis yaitu xanthon dan garcinol. Sementara kulit buahnya mengandung xanthon, terpen, antosianin, tannin, fenol, vitamin B1, B2 dan C. Aktivitas antikanker tertinggi dimiliki oleh xanthon. Jenis xanthon yang paling dominan antara lain alfa mangostin, beta mangostin, dan gamma mangostin (Shan et al., 2011). Beberapa jenis xanthone yang telah berhasil diidentifikasi dari kulit buah manggis tercantum dalam jurnal Pedraza-Chaverri et al., 2008.

  1. Khasiat

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa xanthon memiliki aktivitas antioksidan, antitumor, antiinflamasi, antialergi, antibakteri, antifungi, dan antivirus. Xanthon berkhasiat sebagai antikanker karena efek penghambatannya pada setiap langkah dalam proses karsinogenesis. Senyawa ini mampu menghambat beberapa molekul target dalam sel tumor, termasuk kinase, siklooksigenase, ribonukleotida reduktase, dan DNA polimerase. Aktivitas antitumor xanthon juga termasuk penghambatan siklus sel, penekanan proliferasi sel tumor, induksi apoptosis dan diferensiasi, pengurangan peradangan, serta penghambatan adhesi, invasi, dan metastasis (Shan et al., 2011).

  1. Mekanisme Aksi
  2. Penghambatan HAT

Garcinol dalam buah manggis dapat bekerja sebagai inhibitor histone acetylase (HAT) dan menurunkan proses signaling MAP kinase. Selain itu, kandungan sitrat hidroksidanya yang tinggi juga dapat memblok lyase sitrat ATP yang terdapat berlebih pada pasien tumor. Aksi penghambatan HAT oleh garcinol dijelaskan melalui pemblokan ekspresi dan sintesis PGE2, suatu prostaglandin fever yang dibentuk melalui jalur cycloxygenase. Berikut rinciannya (Israel et al., 2011).

Peradangan yang terjadi pada sel tumor akan menyebabkan kelebihan PGE2 dan penghambatan sel NK yang memungkinkan sel tumor untuk terus berkembang. Oleh karena itu diperlukan suatu penghambat PGE2 agar sel NK dapat menjalankan fungsinya untuk melakukan apoptosis sel tumor. Sel tumor atau sel yang terserang virus juga akan menunjukkan level MHC-1 (Major Histocompatibility Complex Class 1) yang lebih rendah. Penurunan MHC-1 ini akan memicu proteksi imun oleh sel Natural killer (NK​​) sehingga menyebabkan MHC-1 berhenti menetralisasi reseptor KIR pada sel NK. Hal ini menyebabkan pengaktifan sel NK. Sel-sel NK akan menyerang sel-sel tumor dengan mensekresikan granenzyme, perforine, dan protease yang menimbulkan mekanisme apoptosis pada sel tumor yang memiliki level MHC-1 rendah. Jadi garcinol merupakan inhibitor HAT yang dapat menghambat sintesis dan ekspresi PGE2 melalui jalur cycloxygenase, sehingga memicu terjadinya apoptosis oleh sel-sel tumor (Koeberle et al., 2009).

  1. Menghambat pertumbuhan sel kanker

Xanthon sangat ampuh dalam menghambat inisiasi, promosi, dan progresi tumor. Senyawa ini dapat mencegah atau menunda timbulnya tumor atau mencegah perkembangan karsinogenik. Aktivitas antiproliferatif ini berkaitan dengan induksi apoptosis karena adanya deteksi perubahan morfologi dan fragmen DNA oligonukleosomal. Selain itu, xanthon terutama γ-mangostin mampu menghambat pertumbuhan sel kanker melalui penurunan aktivitas aromatase yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kanker. Jadi xanthon, termasuk α-, β-, dan γ-mangostin, mangostenone C, dan gartanin, mampu menghambat pertumbuhan sel (Balunas et al., 2008).

  1. Penghambatan Aktivasi Metabolik Karsinogen dan Kerusakan Oksidatif

Xanthon memodulasi mekanisme detoksifikasi karsinogen. Polutan seperti asap rokok, emisi industri, dan uap bensin dapat dikonversi ke karsinogen aktif melalui biotransformasi yang dikatalisis oleh enzim sitokrom P450 seperti, acetyltransferases, sulphotransferases, glutation S-transferase, dan glucuronyltransferase, dan menghasilkan jumlah reactive oxygen intermediates (ROI) yang berlebihan. Setelah biotransformasi, intermediet ini dihilangkan dengan melakukan reaksi konjugasi yang dikatalisis oleh enzim fase II yang bertanggung jawab untuk konjugasi/ detoksifikasi metabolit reaktif. Kekurangan enzim fase II yang adekuat memicu metabolisme aktif karsinogen untuk menargetkan DNA sel sehingga menyebabkan kerusakan DNA, yang pada akhirnya dapat menginisiasi tumorigenesis. Dari berbagai proses karsinogenesis, pemblokan inisiasi tumor melalui induksi enzim tahap I dan II seperti CYP dan quinone reductase (QR) dianggap sebagai mekanisme sitoprotektif yang penting. Xanthon menghambat aktivasi metabolik dengan menginduksi QR dan menghambat aktivitas P450 sehingga dapat mencegah inisiasi kanker (Chin et al., 2008; Foti et al., 2009).

  1. Efek anti-inflamasi

α- dan γ-mangostin mengurangi ekspresi gen inflamasi seperti tumor necrosis factor-α (TNF-α), IL-1b, IL-6, IL-8, monocyte chemoattractant protein-1, dan Toll-like receptor-2 (TLR-2). Efek penghambatan ini berkaitan dengan gangguan pada mitogen-activated protein kinases (MAPK), c-jun NH2-terminal kinase (JNK), extracellular signal-related kinase (ERK), p38, activator protein (AP)-1, and NF-κB. Jadi xanthon efektif menghambat pelepasan beberapa mediator inflamasi (Shan et al., 2011).

  1. Induksi penghambatan Siklus Sel Kanker

Siklus sel biasanya diatur oleh sejumlah protein, termasuk p53, p21waf, kinase cyclin-dependent (cdks) dan aktivatornya, siklin. α-mangostin dan β-mangostin akan menyebabkan penghambatan fase G1, sementara γ-mangostin menyebabkan penghambatan di fase S (Shan et al., 2011).

  1. Efek antiinvasif dan Antimetastatik

Metastasis sel kanker merupakan proses yang kompleks dan bertingkat yang melibatkan perubahan dalam adhesi, migrasi, invasi, penataan ulang dari matriks ekstraselular sel. α-mangostin menunjukkan efek penghambatan pada adhesi, migrasi, dan invasi sel kanker. Efek ini dikaitkan dengan penurunan ekspresi matriks metaloproteinase-2 (MMP-2), matriks metalloproteinase-9 (MMP-9), dan urokinase-plasminogen activator (u-PA) yang dimediasi oleh inhibisi NF-kB. α-mangostin juga dapat menghambat aktivasi αvβ3 integrin dan adhesi focal kinase (FAK) dimana FAK bertindak sebagai pengatur pusat adhesi focal, mempengaruhi kelangsungan hidup sel, diferensiasi, proliferasi, migrasi, dan remodeling jaringan. Jadi α-mangostin merupakan agen antimetastatis yang efektif dalam mengatur ekspresi gen MMP-2 dan MMP-9 (Shan et al., 2011).

 

DAFTAR PUSTAKA

Balunas, M.J., B. Su, dan R.W. Brueggemeier, 2008, Xanthones from the Botanical Dietary Supplement Mangosteen (Garcinia mangostana) with Aromatase Inhibitory Activity, J Nat Prod, 71(7): 1161–6.

Chin, W.Y., H.A. Jung, H. Chai, 2008, Xanthones with Quinone Reductase-Inducing Activity from the Fruits of Garcinia mangostana (Mangosteen), Phytochemistry, 69: 754–8.

Cronquist, A., 1981, An Integrated System of Classification of Flowering Plants, Columbia University, New York.

Dalimartha, S., 2005, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1, Trubus Agriwidya, Jakarta.

Foti, R.S., J.T. Pearson, D.A. Rock, 2009, In Vitro Inhibition of Multiple Cytochrome P450 Isoforms by Xanthone Derivatives from Mangosteen Extract, Drug Metab Dispos, 37(9):1848–55.

Israel, M., dan L. Schwartz, 2011, On the Metabolic Origin of Cancer: Substances that Target Tumor Metabolism, Biomedical Research, 22(2): 132-166.

Koeberle, A., H. Northoff, dan O. Werz, 2009, Identification of 5-lipoxygenase and Microsomal Prostaglandin E2 Synthase as Functional Targets of the Antiinflammatory and Anticarcinogenic Garcinol, Biochem Pharmacol, 77(9): 1513-21.

Pedraza-Chaverri J., N. Cárdenas-Rodríguez, M. Orozco-Ibarra, dan J.M. Pérez-Rojas, 2008, Review: Medicinal properties of mangosteen (Garcinia mangostana), Food Chem Toxicol, 46: 3227-3239.

Shan, T., Q. Ma, K. Guo, J. Liu, W. Li, F. Wang, dan E. Wu, 2011, Xanthones from Mangosteen Extracts as Natural Chemopreventive Agents: Potential Anticancer Drugs, Curr Mol Med, 11(8): 666-677.

Tinggalkan komentar